Friday, March 10, 2017

MAHABRATA 35




_/l\_ ॐ साई राम
MAHABHARATA
35. Duryodhana Menjebak Raja Salya
Salya, Raja Negeri Madradesa, adalah saudara Dewi
Madri, ibu Nakula dan Sahadewa. Ia mendengar berita
bahwa Pandawa berkemah di Upaplawya dan sedang sibuk
mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perang besar yang akan datang. Salya lalu mempersiapkan balatentaranya dalam jumlah amat besar dan mengirim mereka ke tempat berkumpulnya pasukan perang Pandawa. Konon, karena begitu banyaknya jumlah balatentara Salya, untuk beristirahat mereka membutuhkan areal yang luasnya 20 kilometer persegi. Berita keberangkatan Salya bersama balatentaranya sampai ke telinga Duryodhana. Ia memerintahkan sejumlah perwiranya untuk menyambut Salya dan membujuknya agar mau bergabung dengan pasukan Kaurawa. Ia memerintahkan pasukannya untuk membangun beratusratus balai peristirahatan di sepanjang jalan yang akan dilalui balatentara Salya. Balai peristirahatan itu dihias serba indah. Waktu beristirahat, balatentara Salya akan dijamu dengan aneka macam makanan dan minuman yang berlimpah dan dihibur dengan berbagai pertunjukan kesenian yang memikat. Seluruh balatentara Salya senang dan puas menerima sambutan Duryodhana. Salya berkata kepada salah seorang perwira tinggi pasukan Duryodhana, “Aku ingin memberi hadiah kepadamu dan kepada mereka yang telah menyambut kami dengan ramah, terutama anak buahmu.
Sampaikan kepada Duryodhana bahwa aku sangat berterima kasih kepadanya.”
Perwira itu lalu menyampaikan pesan Salya kepada Duryodhana. Mendengar itu, Duryodhana yang memang menunggu-nunggu saat paling baik untuk menemui Salya, segera berangkat menemui Raja Negeri Madradesa itu. Di hadapan Salya, ia menyatakan betapa besarnya kehormatan yang diperolehnya karena Raja Salya merasa senang oleh sambutan pasukan Duryodhana. Tutur kata Duryodhana yang ramah benar-benar menyenangkan hati Salya yang sama sekali tidak punya prasangka apa pun. Ia mengira semua itu merupakan ungkapan ketulusan pihak Kaurawa. “Alangkah hormat dan baik hatinya engkau kepada kami,” kata Salya yang terbuai oleh sambutan luar biasa dan keramahan pasukan Duryodhana.
“Bagaimana aku bisa membalas budi baikmu?”
Duryodhana menjawab, “Sebaiknya kau dan balatentaramu bertempur di pihak kami. Itulah yang kuharapkan sebagai balas budimu.”
Salya sangat kaget mendengarnya. Ia terdiam, terpaku. Maka sadarlah ia dengan siapa sebenarnya ia berhadapan.
Duryodhana melanjutkan, “Engkau sama berartinya bagi kami berdua. Bagimu, kami sama dengan Pandawa. Engkau harus penuhi permintaanku dan berikan bantuanmu kepadaku.”
Karena telah menerima pelayanan yang sangat baik dari anak buah Duryodhana selama beristirahat di pesanggrahan, dengan singkat Salya menjawab, “Kalau memang demikian keinginanmu,baiklah!”
Duryodhana yang belum merasa yakin akan jawaban
itu, mendesak Salya sekali lagi sebelum raja itu pergi.
Salya memandang Duryodhana dengan tajam sambil
berkata, “Duryodhana, percayalah kepadaku. Aku berikan kehormatan ucapanku kepadamu.Tetapi, aku harus menemui Yudhistira untuk menyampaikan keputusanku.”
Akhirnya Duryodhana berkata, “Pergilah menemui Yudhistira, tetapi kembalilah segera. Jangan ingkari janjimu,” kata Duryodhana seperti memerintah.
“Kembalilah ke istanamu dan peganglah kata-kataku.
Aku tidak akan mengkhianatimu,” kata Salya. Setelah berkata demikian ia meneruskan perjalanannya menuju Upaplawya, tempat perkemahan Pandawa.
Pandawa menyambut paman mereka, Raja Madradesa, dengan gembira. Nakula dan Sahadewa langsung menceritakan pengalaman pahit yang mereka alami selama hidup di pengasingan. Tetapi, ketika mereka mengharapkan bantuan Salya dalam peperangan yang akan datang, Raja Madradesa berkata bahwa ia telah menjanjikan dukungannya kepada Duryodhana.
Yudhistira sangat terkejut dan menyesali dirinya sendiri karena sejak awal yakin bahwa Salya akan berpihak pada Pandawa. Ia mencoba menutupi kekecewaannya dengan berkata, “Pamanku yang perkasa, engkau mempunyai kewajiban untuk memenuhi janjimu kepada Duryodhana. Kedudukanmu akan sama dengan Krishna dalam pertempuran nanti. Karna pasti akan mengharapkan Paman untuk menjadi sais keretanya waktu ia berhadapan dengan Arjuna. Apakah Paman akan menyebabkan kematian Arjuna atau Paman akan menghindarkannya dari maut? Tentu saja aku tidak bisa memintamu untuk menjatuhkan pilihan. Aku hanya mengungkapkan isi hatiku dan keputusan terletak di tangan Paman.”
Salya menjawab, “Anak-anakku, aku telah dijebak oleh Duryodhana. Aku telah berjanji akan membela dia. Ini berarti aku harus berhadapan dengan kalian. Tetapi, seandainya Karna memintaku menjadi sais keretanya dalam pertarungan melawan Arjuna, ia pasti gentar menghadapinya. Arjuna pasti menang. Segala penghinaan yang kalian terima dan diderita oleh Draupadi akan berubah menjadi kenangan indah bagi kalian. Kelak kalian akan hidup bahagia. Aku telah berbuat salah. Sepantasnyalah aku memikul akibatnya.”
Bersambung...
Terima kasih Bpk Agung Joni telah memberi ijin share tulisan beliau

No comments:

Post a Comment