Sunday, March 26, 2017

MAHABHARATA 47 bagian 2




_/l\_ ॐ साई राम
MAHABHARATA
47. Rencana Penculikan Yudhistira II
Pertempuran hari kesebelas sudah berakhir. Rencana untuk menculik Yudhistira gagal. Drona melaporkan itu kepada Duryodhana. Ia mengalami kesulitan besar karena Arjuna masih hidup. Mereka harus mencari siasat lain untuk menculik Yudhistira.
Mendengar itu, Susarma, Raja Trigarta kemudian bergabung dengan balatentara Kaurawa lalu berunding dengan Duryodhana dan saudara-saudaranya. Mereka mengucapkan sumpah Samsaptaka hendak bertempur mati-matian melawan Arjuna. Mereka akan berusaha keras untuk memisahkan Dharmaputra dari Partha.
Demikianlah, sumpah itu diucapkan sesuai dengan tradisi, yaitu dengan duduk mengelilingi api unggun agnihotra dan mengenakan pakaian yang terbuat dari rumput. Upacara ini diiringi korban mecaru, yaitu upacara yang menggambarkan mereka seolah-olah telah tewas. Upacara ini dilanjutkan dengan upacara sumpah,
“Kami tidak akan kembali sebelum membunuh Arjuna. Jika kami takut dan lari meninggalkan pertempuran, semoga Batara Shiwa menghukum kami karena perbuatan itu.”
Melalui mata-mata Pandawa, Arjuna mengetahui tentang sumpah itu. Arjuna segera melaporkan hal itu kepada Dharmaputra. Sesuai adat para kesatria, Arjuna harus menghadapi tantangan itu secara kesatria. Yudhistira ternyata sudah tahu bahwa Drona berencana menangkap dirinya dan telah menjanjikan itu kepada Duryodhana. Kecuali itu, Susarma sebenarnya berniat mengubah strategi perang mereka. Yudhistira mengingatkan bahwa Drona adalah mahaguru yang tak terkalahkan, berani, kuat, dan pandai. Namun Arjuna berpegang teguh pada keputusannya. Ia berkata kepada Dharmaputra, “Tuanku Raja, Satyajit akan membela engkau. Selama ia tetap hidup dan ada di sisimu, tidak sesuatu pun bakal terjadi pada dirimu.”
Kemudian Arjuna merentangkan Gandiwanya dan melepaskan anak panah sebagai tanda bahwa ia menerima tantangan sumpah Samsaptaka. Prajurit kedua pihak bersorak-sorak menyambut itu. Gemuruh suara mereka membuat langit bergetar. Kemudian Krishna melecut kudanya, langsung menyerang pasukan Trigarta yang dipimpin Susarma. Baru saja berhadapan dengan Arjuna, mereka buyar, takut tertimpa hujan anak panah yang menyembur dari Gandiwa Arjuna. Susarma terpaksa berteriak-teriak lantang mengingatkan sumpah mereka di hadapan Batara Agni.
Gandiwa Arjuna terus menyemburkan anak panah, menebarkan maut bagi pasukan Trigarta. Beratus-ratus mayat pasukan Susarma bergelimpangan di tanah; banyak di antaranya yang kepalanya terpenggal akibat amukan anak panah Arjuna. Sementara Partha sibuk menghadapi pasukan Susarma, Drona memerintahkan seluruh kekuatan pasukan Kaurawa untuk memusatkan serangan mereka ke sasaran, yaitu di sekitar tempat Yudhistira berada.
Hal ini diketahui Dharmaputra yang segera memberitahu Dristadyumna yang lalu mendahului menggempur Drona.
Dengan tangkas Drona menghindari serangan Dristadyumna dan dengan mudah mengobrak-abrik pasukan Pandawa. Tak terhitung banyaknya korban yang jatuh di pihak Pandawa. Satyajit membalas serangan Drona dengan berani. Ia dibantu Wrika, salah seorang putra Raja Panchala. Tetapi, kedua kesatria muda itu dapat ditewaskan oleh Drona. Satanika, putra Raja Wirata, melecut kudanya dan memacu keretanya siap menggempur Drona. Tetapi, ia tewas di tangan Drona. Kemudian Raja Katama maju bertempur melawan Drona. Ia juga tewas di tangan Mahasenapati itu. Washudana menyerbu, membalaskan kematian Katama, tetapi ia gugur terkena senjata Drona.
Yudhamanyu, Uttamaujas, Satyaki dan Srikandi melecut kereta mereka dengan kencangnya, memotong arah kereta Drona yang melaju bagai angin kencang ke arah Yudhistira berada. Tetapi, semua serangan Pandawa yang bagaimanapun dahsyatnya dapat digagalkan oleh Drona. Mahasenapati itu semakin mendekati Dharmaputra. Pada saat yang sama, Panchala, adik Draupadi dan Dristadyumna, menyerang Drona seperti singa kelaparan me- nyergap mangsa. Tetapi Panchala dan keretanya dapat diremukkan oleh Drona. Mereka jatuh terguling ke tanah dan tewas seketika.
Melihat keperkasaan dan kemenangan mahasenapatinya, Duryodhana senang sekali. Ia berkata kepada Karna, bahwa tidak lama lagi Pandawa pasti menyerah kalah.
Karna menggeleng dan menjawab dengan tajam, “Pandawa tidak akan semudah itu menyerah kalah. Pengalaman pahit mereka membuktikan bahwa mereka semua ulet dan tangguh. Mereka takkan melupakan pengalaman buruk mereka di masa lalu.
“Ingat, ketika engkau mencoba meracuni mereka dan ketika engkau mencoba membakar mereka hidup-hidup! Engkau pernah menghina mereka dalam permainan dadu, kemudian engkau buang mereka ke hutan, kaupaksa mereka hidup dalam pengasingan selama tiga belas tahun. Mereka tidak akan melupakan semua itu. Dan mereka tidak akan menyerah!”
Ketika mereka gagal menghentikan laju kereta Drona, Bhimasena datang. Bagaikan angin puyuh, ia menghalang- halangi majunya Drona ke arah Yudhistira. Serangan Bhima disusul serangan Satyaki, Yudhamanyu, Kesatradharma, Nakula, Uttamaujas, Drupa, Wirata, Srikandi, Dristaketu, dan para kesatria lainnya yang memihak Pandawa. Melihat itu, Karna mendesak Duryodhana agar mengirim bantuan untuk menolong Drona.
Bersambung...
Terima kasih Bpk Agung Joni telah memberi ijin share tulisan beliau

No comments:

Post a Comment