Sunday, April 9, 2017

MAHABHARATA 53 bagian 2

_/l\_ ॐ साई राम
MAHABHARATA
53. Yudhistira Menjadi Raja di Hastinapura II
Akhirnya Dharmaraja menyetujui kepergian mereka ke hutan. Dia memerciki wajah Dritarastra dengan air suci sebagai tanda ucapan selamat jalan dan selamat berpisah. Bagawan Wyasa menegaskan kepada Yudhistira bahwa sudah sepatutnya ia membiarkan raja tua itu pergi ke hutan, karena usia tua membuatnya tak sanggup memikul duka, lebih-lebih karena kematian semua anaknya.
“Biarkan ia pergi dan hidup di antara tanaman yang menebarkan keharuman bunganya dan pepohonan yang menawarkan buah-buahan segar untuk melupakan segala beban dan dukanya di dunia ini.
“Dharma seorang raja adalah mati di medan perang atau menghabiskan hari tuanya dengan bertapa di hutan. Dritarastra telah lama memerintah kerajaan ini dan telah melangsungkan upacara-upacara yajna. Ketika engkau hidup di pengasingan selama tiga belas tahun,ia menikmati dunia ini melalui anaknya. Ia menerima persembahan dan memberi hadiah kepada setiap orang yang menjalin persahabatan dengannya.
“Selama lima belas tahun ini engkau memperlakukan dia dengan baik. Tapi kini dia sudah tak punya keinginan atau ambisi duniawi. Telah tiba saatnya bagi dia untuk hidup bertapa. Lepaskan kepergiannya dengan rela, agar ia bisa pergi dengan hati ringan.”
Setelah Raja Yudhistira mengijinkan, Dritarastra dan Dewi Gandhari menyudahi puasa mereka dan bersiap-siap untuk berangkat. Sesaat sebelum meninggalkan istana, Dritarastra memanggil Yudhistira untuk merestuinya.
Dewi Kunti ikut pergi bersama mereka demi memenuhi janjinya untuk selalu mendampingi Dewi Gandhari. Sebelum pergi, ibu Pandawa itu berkata kepada Dharmaraja, “Anakku, jangan pernah memperlihatkan amarahmu jika sedang bicara dengan Sahadewa. Jangan lupakan Karna yang gugur di medan perang sebab ia anakku dan saudaramu juga. Aku berdosa karena tidak menceritakan kepadamu siapa dia sebenarnya. Jagalah Draupadi dengan penuh kasih sayang. Jangan sampai engkau membuat Bhima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa sedih.
“Ingatlah selalu hal ini. Beban keluarga sepenuhnya terletak di pundakmu. Pikullah dengan sabar dan tabah.
“Aku akan menyertai Gandhari untuk hidup secara sanyasa di hutan. Pada waktunya kelak, aku akan bersatu dengan ayahmu. Semoga engkau selalu dilindungi dharma. Terimalah restu ibumu.”
Dritarastra, Gandhari dan Kunti meninggalkan Hastinapura. Dritarastra yang buta berpegang pada bahu Gandhari dan berjalan di belakangnya, sedangkan Gandhari dengan mata tertutup secarik kain berpegang pada bahu Kunti dan berjalan di belakangnya. Mereka berjalan beriringan.
Yudhistira mengantar mereka sampai ke gerbang istana lalu melepas kepergian mereka sampai hilang dari pandangan. Ia tak dapat menahan perasaannya dan menangis lirih.
***
Pada suatu hari, setelah tiga tahun mereka melewatkan hari-hari dengan menjalani kehidupan sanyasa, terjadilah kebakaran hebat di hutan itu. Api menjilat-jilat sampai ke pertapaan mereka. Sanjaya, yang menyertai mereka, diminta meninggalkan pertapaan. Dritarastra yang buta, Gandhari dan Kunti tetap tinggal. Mereka terus bersamadi dengan khusyuk sampai api menghanguskan raga mereka. Sanjaya, yang selama hidupnya selalu mendampingi Raja Dritarastra, pergi ke Gunung Himalaya dan bertapa di lereng gunung yang suci itu.
Bersambung...

Foto Agung Joni.
kesedihn dritarasta dan gandari


Terima kasih Bpk Agung Joni telah memberi ijin share tulisan beliau

No comments:

Post a Comment