Saturday, July 8, 2017

WIDURA

_/l\_ ॐ साई राम

AWATARA : WIDURA
Nama Lain : Arya Widura, Yama Widura
Arti Nama : Yang Bijaksana (Widura)
Ras : Manusia Awatara
Profesi : Penasihat Raja Pandu dan Drestarastra, Tetua Hastina, Wali Indraprastha / Amarta.
Pasangan : Sulabha
Anak : Sanjaya
“Untuk menyelamatkan satu keluarga, singkirkanlah satu orang; untuk menyelamatkan sebuah desa, singkirkanlah satu keluarga; untuk menyelamatkan negeri, singkirkanlah satu desa; untuk menyelamatkan jiwa, lepaskan keduniawian.”
(Widura)
Ada versi yang menyatakan bahwa Yama sekalipun pernah alpa dalam mengadili seseorang. Seorang rsi bernama Mandavya mengajukan banding dan peninjauan kembali atas perkara kematiannya.
Sang rsi mati dengan disula oleh para pengawal seorang raja karena di guanya ada sejumlah emas hasil curian yang Demi Tuhan dia tak tahu dari mana asalnya. Yama mengatakan itu adalah akibat dari kelakuan Mandavya yang suka menyiksa binatang saat ia masih kanak-kanak. Mandavya protes, ia beranggapan bahwa kenakalan anak-anak yang belum paham hukum karma dan dharma tidak bisa dianggap ‘dosa besar’ sampai-sampai ia harus mati disula. Sebagai akibat dari salah tuntutan ini, Yama harus KKN ke dunia manusia menjadi anak manusia bernama Widura.
Widura adalah putra Byasa dengan seorang dayang. Byasa, sang rsi, dipaksa oleh ibunya Satyawati (istri kedua Sentanu) untuk memberikan keturunan kepada Ratu Hastina : Ambika dan Ambalika, karena Bisma sudah bersumpah akan wadat (tidak menikah) seumur hidupnya. Ambika menutup matanya saat bertemu dengan Byasa karena takut dengan rupa Byasa yang menakutkan sementara Ambalika pucat pasi saat melihat Byasa. Akibatnya Ambika melahirkan Drestarastra yang buta dan Ambalika melahirkan Pandu yang albino (dan lehernya kaku). Satyawati tidak puas dengan dua cucu ‘cacat’ dan meminta Byasa mencoba lagi. Tapi Ambika dan Ambalika tidak mau lagi dengan Byasa. Mereka kemudian menyerahkan seorang dayang untuk Byasa. Dayang ini tidak takut dan tidak jijik pada Byasa. Dari rahim dayang ini akhirnya lahir Widura. Widura lebih normal dan sehat daripada dua saudaranya tapi karena dia lahir dari seorang ayah Brahmana dan ibu Sudra, dia tidak mungkin menjadi raja.
Widura sehari-hari bertindak sebagai dewan penasehat raja. Baik pada masa Pandu maupun Drestarastra. Pada masa Drestarastra memerintah, Widura bertindak sebagai Wali Raja – atau mungkin Perdana Menteri Kedua bersama-sama dengan Sengkuni. Pada masa Duryodhana berkuasa, ia juga menjadi dewan penasehat meski nasehatnya sering tidak didengar dan sering diinterupsi oleh Sengkuni atau Drona.
Pada peristiwa Bale Sigala-gala atau Peristiwa Rumah Damar, Widuralah yang menggali terowongan di bawah rumah damar sehingga Pandawa bisa lolos saat rumah itu dibakar. Saat Pandawa kalah main dadu dan dibuang ke hutan, Widura menjadi wali negeri Indraprastha. Saat Krishna datang ke Hastina sebagai duta Pandawa, ia tinggal di kediaman Widura karena Widura adalah anggota keluarga Kuru yang paling netral. Ketika Bharatayudha pecah, putra Widura, Sanjaya diberi karunia oleh Byasa untuk melihat segala hal yang terjadi di Padang Kurusetra dan menceirtakannya pada Drestarastra.
Ketika perang usai dan Drestarastra masih belum mau terima anak-anaknya dihabisi oleh Pandawa. Widuralah yang menenangkan Drestarastra. Widura kemudian pergi ke dalam hutan bersama Drestarastra, Gandari, dan Kunti pasca Yudhistira naik tahta. Widura meninggal di pertapaan. Sebab-sebab meninggalnya bervariasi : antara kebakaran hutan yang menghanguskan pertapaan sampai kematian normal karena usia lanjut.
YAMA DALAM PEWAYANGAN JAWA
Pewayangan memecah tokoh Batara Yama menjadi dua tokoh : Batara Yamadipati dan Batara Dharma. Batara Yamadipati atau Sang Hyang Yamadipati adalah dewa pencabut nyawa. Dalam pewayangan, Batara Yamadipati adalah putera Batara Ismaya alias Semar dengan Dewi Kanastri atau Dewi Kanastren. Ia juga disebut Batara Petraraja atau Yamakingkarapati. Petra artinya adalah neraka atau raja neraka dan Kingkara berarti makhluk penjaga neraka.
Istrinya bernama Dewi Mumpuni, seorang bidadari cantik pemberian batara Guru. Dewi Mumpuni sebenarnya tidak mencintai Batara Yamadipati. Ia pun tidak merasa bahagia bersuamikan dewa yang berwajah buruk dan menakutkan. Oleh karena itu, Dewi Mumpuni menjalin cinta dengan Bambang Nagatatmala, putra Sang Hyang Antaboga. Akibat skandal itu, terjadilah keonaran di kahyangan. Akhirnya, Bathara Yamadipati rela melepaskan Dewi Mumpuni untuk diperistri Nagatatmala.
Sementara Batara Dharma sendiri adalah cucu dari Batara Brama (Batara Agni dan Batara Brahma yang disatukan sebagai dewa api). Ia hadir saat kelahiran Yudhistira untuk memberikan anugerah pada Yudhistira. Ia adalah dewa yang main ‘tebak-tebakan’ di telaga bersama Yudhistira. Tapi Dharma di sini sama sekali tidak mengurusi nyawa manusia. Saat Pandawa naik gunung menjelang kematian mereka, Dharma menjelma menjadi seekor anjing yang terus mendampingi Yudhistira sampai puncak gunung.
• Dalam Asta Brata, terdapat unsur Yama Brata, teladan dari Yama. Di mana seorang raja hendaknya meneladani sifat-sifat Dewa Yama : berani menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi masyarakat.
• Yama pernah sekali memberikan kompensasi perpanjangan masa hidup berdasarkan keinginannya sendiri. Ia melakukan itu kepada seorang wanita bernama Sawitri, yang bisa melihat wujudnya saat mengambil nyawa suaminya : Satyawan. Sawitri terus mengikuti Yama yang membawa Satyawan meskipun Yama sudah menyeberang ke alam kematian. Kagum akan kesetiaan Sawitri, Yama memberikan perpanjangan umur kepada Satyawan dan pada saat masa hidup Satyawan habis untuk kedua kalinya, Yama menjemput sendiri pasangan suami-istri itu.
• Meskipun merupakan Aditya paling muda, Putra Yama dengan Kunti adalah yang tertua di antara Pandawa.
• Yama dan Adipati Karna adalah saudara satu ayah.
• Yama tidak mengurusi orang yang mati tenggelam. Urusan mengantar jiwa orang-orang seperti itu diurus oleh Baruna.
• Konon siapapun yang dipandang lekat-lekat oleh kedua pasang mata Yama, ajalnya sudah dekat.
• Yama punya dua ekor anjing pengawal bermata empat.
• Mahakala, awatara lain Yama selain Widura, juga merupakan nama salah satu awatara Siwa.
Terima kasih Bpk Agung Joni telah memberi ijin penuslis share tulisan beliau

No comments:

Post a Comment